Perlayaran Abadi

Awal 2025, angin harapan berhembus ke setiap hati—begitu pula ke hati dilla. Sore itu, sebuah pesan singkat dari pria yang dikenalnya lewat sang tante menjadi seperti riak pertama di permukaan laut yang tenang. Obrolan pun mengalir, mengantar mereka berlayar pelan meninggalkan dermaga kesendirian.

Hari demi hari, layar mereka terbentang lebih lebar. Hingga di akhir Januari, mereka bertemu untuk pertama kali—seperti menjejak pulau kecil di tengah samudra. Di sana, mereka sadar tujuan mereka sama: sebuah pelabuhan yang sama-sama diimpikan.

Dengan keyakinan, mereka meminta restu kedua orang tua, lalu mulai mengayuh kapal menuju laut yang lebih luas. Pada akhir April, syarif hidayatullah menambatkan sauhnya dengan meminang dilla, menandai pulau baru yang akan mereka tinggali bersama.

Kini, doa-doa menjadi angin yang mendorong layar mereka. Perjalanan dimulai—dua jiwa dalam satu kapal, berlayar di lautan penuh bunga dan cahaya, menuju samudra tanpa akhir di bawah langit Tuhan yang baik.